Kamis, 01 Mei 2014

Tulisan 12 (Softskill)

Kebudayaan Pusat dan Kebudayaan Pinggiran

1 . Kebudayaan Pusat
Kebudayaan pusat adalah suatu kebudayaan yang menjadi rujukan dan kiblat bagi mayoritas etnis. Kebudayaan pusat memiliki pengaruh kuat terhadap kebudayaan masyarakat Biasanya, kebudayaan pusat berada dan menjadi satu dengan pusat kekuasaan. Pada zaman dahulu, kekuasaan di Indonesia berbentuk kerajaan sehingga kebudayaan pusat terletak di pusat kerajaan. Misalnya, pusat kebudayaan Jawa terdapat di Keraton Jawa Majapahit, Demak, Pajang, Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta). Pusat kebudayaan Cirebon ada di Keraton Cirebon (Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan). Jadi, kebudayaan pusat yang dimiliki oleh masyarakat Jawa terletak di Keraton Jawa, sedangkan kebudayaan pusat yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon berada di Keraton Cirebon. Keraton adalah istana tempat tinggal raja atau ratu sehingga keraton dianggap sebagai pusat kerajaan.

2. Kebudayaan Pinggiran.

Kebudayaan pinggiran berarti kebudayaan tersebut berada jauh dari pusat kekuasaan. Kebudayaan pinggiran hidup di tengah-tengah rakyat jelata. Pengaruh kebudayaan pinggiran terhadap masyarakat relatif lebih sempit dan bersifat lokal. Kebudayaan pinggiran beraneka macam karena tiap-tiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan masing-masing. Contoh wujud kebudayaan dalam bentuk bahasa adalah bahasa Jawa Banyumasan (ngapak-ngapak) yang memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa di Surakarta dan Yogyakarta. Begitu juga dengan bahasa Jawa di Surabaya dan Tegal. Ciri-ciri bahasa Jawa di kedua tempat itu memiliki perbedaan. Contoh kesenian dalam kebudayaan pinggiran, misalnya tari jaran kepang, tayub, kuda lumping, sintren, jathilan, reog, dan ludruk. Kebudayaan tersebut hidup dan berkembang di kalangan rakyat jelata dan tidak pernah dipentaskan di pusat kebudayaan (keraton).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar