Kebudayaan Pusat
dan Kebudayaan Pinggiran
1 . Kebudayaan Pusat
Kebudayaan pusat adalah suatu kebudayaan yang menjadi rujukan
dan kiblat bagi mayoritas etnis. Kebudayaan pusat memiliki pengaruh kuat
terhadap kebudayaan masyarakat Biasanya, kebudayaan pusat berada dan menjadi
satu dengan pusat kekuasaan. Pada zaman dahulu, kekuasaan di Indonesia
berbentuk kerajaan sehingga kebudayaan pusat terletak di pusat kerajaan.
Misalnya, pusat kebudayaan Jawa terdapat di Keraton Jawa Majapahit, Demak,
Pajang, Mataram, Surakarta, dan Yogyakarta). Pusat kebudayaan Cirebon ada di
Keraton Cirebon (Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan).
Jadi, kebudayaan pusat yang dimiliki oleh masyarakat Jawa terletak di Keraton
Jawa, sedangkan kebudayaan pusat yang dimiliki oleh masyarakat Cirebon berada
di Keraton Cirebon. Keraton adalah istana tempat tinggal raja atau ratu
sehingga keraton dianggap sebagai pusat kerajaan.
2. Kebudayaan Pinggiran.
Kebudayaan pinggiran berarti
kebudayaan tersebut berada jauh dari pusat kekuasaan. Kebudayaan pinggiran hidup
di tengah-tengah rakyat jelata. Pengaruh kebudayaan pinggiran terhadap
masyarakat relatif lebih sempit dan bersifat lokal. Kebudayaan pinggiran
beraneka macam karena tiap-tiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan
masing-masing. Contoh wujud kebudayaan dalam bentuk bahasa adalah bahasa Jawa
Banyumasan (ngapak-ngapak) yang memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa di
Surakarta dan Yogyakarta. Begitu juga dengan bahasa Jawa di Surabaya dan Tegal.
Ciri-ciri bahasa Jawa di kedua tempat itu memiliki perbedaan. Contoh kesenian
dalam kebudayaan pinggiran, misalnya tari jaran kepang, tayub, kuda lumping,
sintren, jathilan, reog, dan ludruk. Kebudayaan tersebut hidup dan berkembang
di kalangan rakyat jelata dan tidak pernah dipentaskan di pusat kebudayaan
(keraton).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar